Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pengertian Etika dan Moralitas Dalam Kristen

Pengertian Etika dan Moralitas Dalam Kristen

Silakan Anda mengamati dan menilai pengertian etika dan moralitas yang terdapat dalam buku-buku etika! Apa pengertian etika dan moralitas? Kata etika berasal dari bahasa Yunani ethos dan ‘ethos atauta ethika dan ta ‘ethika. 

Kata ethos berarti kebiasaan atau adat dan tentu saja yang sesuai kebiasaan dan adat dianggap baik. Sedangkan ‘ethos dan ‘ethikos lebih berarti kesusilaan, perasaan batin, atau kecenderungan hati yang menyertai seseorang terdorong untuk melakukan suatu perbuatan (Verkuyl 1993, 15). 

Kata etika muncul pertama kali dalam buku Etika Nikomachea yang dikarang oleh Aristoteles, seorang ahli filsafat Yunani. Buku tersebut memuat kaidahkaidah perbuatan manusia. 

Dari buku itu, kata etika menjadi istilah teknis khusus untuk “ilmu pengetahuan yang mempelajari/menyelidiki soal kaidahkaidah dalam rangka mengukur perilaku dan perbuatan manusia.” 

Untuk mendefinisikan apa itu etika, ada baiknya terlebih dahulu dibedakan antara pertimbangan etis dan nonetis. Bilamanakah suatu pertimbangan itu berkaitan atau tidak berkaitan dengan etika. 

Sebagai contoh pertimbangan dan keputusan seseorang untuk memilih makan nasi goreng atau KFC didasarkan pada pertimbangan etis? Bisa ya, bisa tidak. Tidak merupakan pertimbangan etis bila tindakan itu semata-mata didasarkan pada pertimbangan selera. 

Jadi, seseorang yang memilih makan nasi goreng dan bukan KFC tidak bisa kita adili, apakah dia itu baik atau jahat. 

Bila pertimbangan untuk makan nasi goreng dan bukan KFC didasarkan pada pertimbangan kesehatan, karena menjaga kesehatan, tindakan itu adalah tindakan yang dianggap bertanggungjawab. 

Dengan contoh ini, jelaslah bahwa pertimbangan dan keputusan etis adalah pertimbangan dan keputusan yang terkait dengan masalah baik, benar atau bertanggungjawab atau sebaliknya. 

Pertimbangan nonetis adalah pertimbangan yang didasarkan bukan pada pertimbangan baik, benar, bertanggungjawab atau tidak, melainkan didasarkan pada, misalnya: selera makan atau mode pakaian dan sebagainya. 

Hal ini berbeda dengan ungkapan “sikap/tindakan etis dan tindakan yang tidak etis.” Keduanya adalah sikap dan tindakan yang didasarkan pada pertimbangan etis. Yang pertama bermakna bahwa sikap dan tindakannya itu baik secara etis, sedangkan yang kedua adalah sikap dan tindakannya itu tidak baik secara etis.

Apakah penilaian etis itu hanya sebatas perilaku yang kelihatan? Bagaimana suatu tindakan yang kelihatannya baik tetapi didorong oleh motivasi menginginkan pujian atau motivasi tersembunyi yang bersifat egoistis? 

Masihkah kita menilai perilaku yang kelihatan itu suatu hal yang baik jika akhirnya ketahuan bahwa motivasinya hanya ingin mencari pujian atau mempunyai kepentingan pribadi? Tentu saja tidak. 

Apa yang dinilai baik, tidak sebatas terhadap perilaku yang kelihatan saja melainkan juga motivasi yang mendorong perilaku itu harus dapat dipertanggungjawabkan. 

Dalam kaitan ini, masih perlu dibedakan lagi antara istilah baik dan benar sebab baik dan benar tidak selalu berkonotasi etis. Misalnya dalam ungkapan bahwa “apel ini masih baik” atau dalam ungkapan “2+2= 4 adalah benar” keduanya tidak ada konotasi etis. 

Dengan demikian, disimpulkan bahwa penilaian dan pertimbangan etis itu selalu berkaitan dengan penilaian atau pertimbangan mengenai baik, benar, bertanggungjawab atau sebaliknya, tentang perilaku dan motivasi manusia. 

Karena itu, sebagai ilmu, etika didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari nilai- nilai atau norma-norma sebagai dasar untuk menilai perilaku dan motivasi manusia itu dikatakan baik, benar, bertanggungjawab atau sebaliknya. 

Definisi lain yang diberikan oleh Albert Schweitzer yakni “etika adalah nama yang kita berikan kepada keprihatinan kita untuk perilaku yang baik. 

Kita merasa suatu kewajiban untuk mempertimbangkan bukan saja kesejahteraan diri kita sendiri, namun juga orang-orang lain bahkan masyarakat manusia secara keseluruhan” (Ryan dan Bohlin1999, ix). 

Dimensi studinya yang serius tidak ditampakkan, namun saya yakin bahwa ada dimensi itu apabila seseorang sungguh prihatin. Pandangan Gill mungkin lebih menolong karena ia membedakan antara an ethic dengan ethics dalam bahasa Inggris. 

Maksudnya an ethic ‘suatu etika’ (yang sama dengan suatu moralitas) adalah “a working set of guidelines concerning what is good and bad (or evil), right and wrong, sedangkan maksud ethics (or moral philosophy) is the serius study of such guidance and its justification (Gill 2000,12). 

Silakan Anda mengamati dan menilai perbedaan antara definisi etika yang dikemukakan oleh Albert Schweitzer dan Gill! Gill membedakan “suatu etika” (suatu etika atau moralitas) sebagai suatu perangkat penuntun tentang apa yang baik dan buruk/jahat, benar dan salah, sedangkan studi yang serius terhadap penuntun itulah disebut etika (ethics atau disebut juga moral philosophy). 

Penulis lebih suka menyebut “an ethic” sebagai “suatu sistem etika” seperti sistem etika Kristen, sistem etika Hindu, sistem etika Buddha, sistem etika Islam (sistem etika-sistem etika teologis), begitu pula sistemetika yang bersumber dari filsafat. 

Masing-masing sistem etika sudah tentu mempunyai seperangkat penuntun (guidelines) untuk menilai tentang apa yang baik atau jahat, yang benar atau yang salah, yang bertanggungjawab atau sebaliknya.

Dalam sistem etika Kristen, ada sangat banyak perangkat penuntunnya, meskipun dapat juga didasarkan pada “prinsip utamanya” atau “golden rule” (kaidah kencananya) saja. Silakan Anda mengamati dan menilai sistem etika Kristen yang berlaku hingga dewasa ini!

Bona Pasogit
Bona Pasogit Content Creator, Video Creator and Writer

Posting Komentar untuk "Pengertian Etika dan Moralitas Dalam Kristen"

close