Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Seni Budaya : Kritik Pada Teater

Teater tanpa kritik akan tetap ada, namun disangsikan pengembangannya. Kritik macam apakah yang dapat mengembangkan kualitas dan kuantitas produk karya teater? Ada dua model kritik, yakni kritik subjektif dan kritik objektif Kritik subjektif adalah cara orang (kritikus) membuat ulasan berdasarkan selera pribadinya. Ketika dia membuat pernyataan bahwa pergelaran teater itu jelek, alasannya bahwa dia tidak suka. 

Seni Budaya : Kritik Pada Teater

Sesuatu yang bagus menurut dia adalah sesuatu yang dia sukai, bahkan membandingkan dengan karyanya. Sebaliknya ketikan dia mengatakan bahwa pergelaran teater itu bagus, karena memang dia suka garapan seperti itu atau mungkin ada hubungan personal dengan penggarap, karena penggarap itu temannya, saudaranya, atau keluarganya. 

Pandangan yang subjektif selalu tidak dapat dipertanggungjawabkan. Oleh karena ketika dia mengatakan jelek, dia tidak mampu menunjukan di mana letak kelemahannya. Begitu juga sebaliknya ketika mengatakan bagus terlanjur memiliki perasaan kagum sehingga tak mampu berkata-kata. 

Kritikus yang subjektif kadang-kadang punya kecenderungan berpihak pada seseorang, bukan pada karya yang ditontonnya. Tidak heran jika kritikus semacam itu akan menutup diri di luar yang dia sukai. 

Dalam kehidupan zaman sekarang, kritikus semacam itu diperlukan untuk mempopulerkan atau menjatuhkan seseorang dengan cara menggencarkan publikasi di mass media untuk mempengaruhi opini masyarakat tentunya dengan imbalan. Kritik objektif adalah kritik yang selalu mengulas karya seni tidak peduli itu karya siapa. 

Kritik objektif dapat disebut kritik konstruktif bertanggung jawab. Oleh karena kritikannya dinyatakan jelek, kritikus akan menunjukan di mana letaknya. Begitu juga ketika dia menyatakan bagus, harus mampu menjelaskan kenapa bagus. 

Kritikus semacam ini sangat dirindukan oleh kalangan seniman terutama seniman muda yang baru mulai terjun. Karya kritik yang objektif dapat dijadikan ajang pembelajaran guna kemajuan seniman muda selanjutnya. 

Dengan demikian kritik objektif dapat juga dikatakan kritik membangun. Artinya dia sangat bertanggung jawab atas kehidupan kekaryaan seni terutama teater di masa datang. Kritikus ini biasanya tidak bisa diintervensi oleh siapapun apalagi disogok, karena dia tidak bertanggung jawab pada siapun kecuali pada profesinya. 

Sekarang marilah kamu coba membuat karya kritik pergelaran teater yang kamu saksikan. Ada dua prinsip yang harus ditangkap ketika kita mengapresiasi pergelaran teater, yaitu konsep dan teknik. Konsep bagus tanpa didukung oleh kemampuan teknis yang memadai, tidak akan tercapai. 

Sebaliknya, jika konsepnya biasa-biasa saja, tetapi didukung oleh kemampuan teknis yang memadai, karya teater masih dapat dinikmati oleh penonton, paling tidak sebagai hiburan semata. Apa yang harus kamu kritisi ketika kamu mengapresiasi pergelaran teater? Jawabannya adalah 
  1. konsep cerita dan teknis penggarapan cerita, 
  2. konsep dan teknis pementasan,
  3. konsep dan teknik penyutradaraan, 
  4. konsep dan teknik permainan, 
  5. konsep dan teknik penggunaan properti. 
Karya kritik yang kamu buat harus memuat paling tidak lima poin penting perihal unsur-unsur teater. Teknik pemaparan kritik harus secara arif, dengan bahasa yang sopan,dan bertanggung jawab atas segala pernyataan yang kamu buat. 

Mengkritik bukan berarti menggurui bagaimana seharusnya karya itu dibuat. Tetapi kritik harus mampu mengilhami penggarap atau seniman untuk membuat karya yang lebih baik. Selamat mencoba.
Bona Pasogit
Bona Pasogit Content Creator, Video Creator and Writer

Posting Komentar untuk "Seni Budaya : Kritik Pada Teater"

close