Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Faktor risiko diare pada Bayi dan Balita di Indonesia

Faktor risiko diare pada Bayi dan Balita di Indonesia

Sampai saat ini penyakit diare masih menjadi masalah kesehatan dunia terutama di negara berkembang. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka kesakitan dan kematian akibat diare. WHO memperkirakan 4 milyar kasus terjadi di dunia pada tahun 2000 dan 2,2 juta diantaranya meninggal, sebagian besar anak-anak dibawah umur 5 tahun. 

Hal ini sebanding dengan 1 anak meninggal setiap 15 detik atau 20 jumbo jet kecelakaaan setiap hari. Di Indonesia, diare masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat utama. 

Hal ini disebabkan masih tingginya angka kesakitan dan menimbulkan banyak kematian terutama pada bayi dan balita, serta sering menimbulkan kejadian luar biasa (KLB). 

Data dari profil kesehatan Indonesia tahun 2002 menunjukkan bahwa angka kesakitan diare berdasarkan propinsi terjadi penurunan dari tahun 1999-2001. Pada tahun 1999 angka kesakitan diare sebesar 25,63 per 1000 penduduk menurun menjadi 22,69 per 1000 penduduk pada tahun 2000 dan 12,00 per 1000 penduduk pada tahun 2001. 

Sedangkan berdasarkan profil kesehatan Indonesia 2003, penyakit diare menempati urutan kelima dari 10 penyakit utama pada pasien rawat jalan di Rumah Sakit dan menempati urutan pertama pada pasien rawat inap di Rumah Sakit. 

Berdasarkan data tahun 2003 terlihat bahwa frekuensi kejadian luar biasa (KLB) penyakit diare sebanyak 92 kasus dengan 3865 orang penderita, 113 orang meninggal, dan Case Fatality Rate (CFR) 2,92% 3. 

Penyakit diare sering menyerang bayi dan balita, bila tidak diatasi lebih lanjut akan menyebabkan dehidrasi yang mengakibatkan kematian. Data terakhir dari Departemen Kesehatan menunjukkan bahwa diare menjadi penyakit pembunuh kedua bayi di bawah lima tahun (balita) di Indonesia setelah radang paru atau pneumonia. 

Banyak faktor risiko yang diduga menyebabkan terjadinya penyakit diare pada bayi dan balita di Indonesia. Salah satu faktor risiko yang sering diteliti adalah faktor lingkungan yang meliputi sarana air bersih (SAB), sanitasi, jamban, saluran pembuangan air limbah (SPAL), kualitas bakterologis air, dan kondisi rumah. 

Data terakhir menunjukkan bahwa kualitas air minum yang buruk menyebabkan 300 kasus diare per 1000 penduduk. Sanitasi yang buruk dituding sebagai penyebab banyaknya kontaminasi bakteri E.coli dalam air bersih yang dikonsumsi masyarakat. 

Bakteri E.coli mengindikasikan adanya pencemaran tinja manusia. Kontaminasi bakteri E.coli terjadi pada air tanah yang banyak disedot penduduk di perkotaan, dan sungai yang menjadi sumber air baku di PDAM pun tercemar bakteri ini. 

Hasil penelitian Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) propinsi DKI Jakarta menunjukkan 80 persen sampel air tanah dari 75 kelurahan memiliki kadar E.coli dan fecal coli melebihi ambang batas. 

Laporan Program Pembangunan PBB (UNDP) mengenai status pencapaian Tujuan Pembangunan Manusia atau MDG di Indonesia mengalami kemunduran. Pada tahun 2015, MDG mencanangkan 69 persen penduduk Indonesia dapat mengakses air minum yang layak dan 72,5 persen memperoleh layanan sanitasi yang memadai. 

Faktanya, hanya 18 persen penduduk yang memiliki akses ke sumber air minum dan sekitar 45 persen mengakses sarana sanitasi yang memadai. Di bidang akademis, banyak penelitian mengenai diare yang telah dilakukan oleh mahasiswa, dosen dan peneliti dalam dua dekade belakangan ini. 

Setelah dilakukan survei pendahuluan, hasil di lapangan menunjukkan bahwa penelitian diare terbagi menjadi dua hal yaitu penelitian faktor risiko penyebab diare dan penelitian upaya pencegahan dan pengobatan penyakit diare. 

Selama ini banyak penelitian mengenai faktor-faktor risiko yang menimbulkan diare namun belum ada penelitian yang komprehensif mengenai faktor-faktor yang menimbulkan diare pada bayi dan balita di Indonesia. 

Diare merupakan salah satu topik kesehatan yang sering diteliti, sehingga jumlah penelitian tentang diare cukup banyak. 

Oleh sebab itu penelitian ini menggunakan pendekatan meta analisis kuantitatif, untuk melihat topik diare khususnya faktor risiko diare secara bersamaan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh peneliti-peneliti dari FKM UI. 

Systematic review merupakan metode penelitian yang merupakan ulasan kembali mengenai topik tertentu yang menekankan pada pertanyaan tunggal yang telah diidentifikasi secara sistematis, dinilai, dipilih dan disimpulkan menurut kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan bukti penelitian yang berkualitas tinggi yang relevan dengan pertanyaan penelitian. 

Systematic review merupakan penelitian yang sistematis (dalam mengidentifikasi literatur), eksplisit (dalam pernyataan tujuan, bahan dan cara) dan berkembang (dalam metodologi penelitian dan kesimpulan). 

Keunggulan menggunakan pendekatan systematic review ini adalah mendapatkan temuan yang valid dan dapat diaplikasikan dari beberapa penelitian sebelumnya pada suatu fenomena yang spesifik. 

Tujuan dari penelitian dengan menggunakan pendekatan systematic review ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor risiko yang menimbulkan kejadian diare pada bayi dan balita berdasarkan hasil penelitian akademis Fakultas Kesehatan Masyarakat.

Hasil analisis univariat dapat terlihat pada Tabel 1 menunjukkan gambaran penelitian diare yang dilakukan oleh mahasiswa FKM UI. Dari tujuh departemen yang ada di FKM UI terlihat bahwa penelitian diare lebih banyak diteliti dari mahasiswa dari departemen kesehatan lingkungan dibandingkan dengan departemen lainnya. 

Hal ini menunjukkan bahwa faktor risiko penyebab diare lebih sering diteliti dari sudut pandang kesehatan lingkungan. Jumlah sampel yang diteliti cukup beragam berkisar dari 65-500 orang.

Dalam hal penggunaan desain penelitian hampir sebagian besar penelitian menggunakan desain penelitian case-control. Penggunaan metode case-control ini banyak digunakan pada penulisan tesis dibandingkan pada penulisan skripsi. 

Sedangkan desain cross sectional banyak digunakan pada skripsi. Penelitian yang menggunakan pendekatan case-control memberikan temuan yang bermakna mengenai faktor risiko yang menimbulkan penyakit diare pada bayi dan balita. 

Dalam hal pemanfaatan literatur, sebagian besar penelitian menggunakan 31-40 buah literatur, baik berupa buku, majalah kesehatan, buletin kesehatan, maupun jurnal kesehatan. Sedangkan dalam hal pemanfaatan literatur luar negeri hanya 16,67% yang menggunakan lebih dari 10 literatur luar negeri baik berupa artikel, teksbook, maupun jurnal. 

Hal ini menunjukkan bahwa kurangnya akses dan upaya peneliti dalam meneliti faktor risiko diare, sebagian besar peneliti menggunakan literatur diare yang lama dan mengacu pada penelitian akademik sebelumnya. 

Faktor lain yang juga mempengaruhi akses peneliti ada keterbatasan dari perpustakaan sewaktu proses penulisan hasil penelitian. Bila dilihat dari sisi alat ukur yang digunakan oleh peneliti, tidak dilakukan uji validitas dan reliabilitas terlebih dahulu sebelum digunakan. 

Alat ukur yang digunakan pada penelitian diare sebagian besar diadaptasi dari pertanyaan kuesioner Survei Kesehatan Nasional, Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia. Alat ukur yang bisa dijamin keabsahannya adalah formulir inspeksi sanitasi yang sudah terstandarisasi dari Departemen Kesehatan. 

Keabsahan alat ukur yang digunakan oleh peneliti perlu dipertanyakan karena hal ini terkait dengan hasil penelitian yang dilakukannya. Bila alat ukur yang digunakan tidak valid dalam mengukur variabel penelitian bisa dipastikan kualitas hasil penelitian bisa dipertanyakan. 

Dari gambaran distribusi daftar pustaka (Tabel 3), terlihat bahwa literatur yang digunakan sebagian berasal dari buku, bahan dari Depkes dan penelitian sebelumnya berupa skripsi dan tesis.

Hanya beberapa penelitian saja yang menggunakan jurnal sebagai dasar penelitian, banyaknya jurnal yang digunakan pun hanya sedikit berkisar antara 1-3 jurnal. Hampir semua penelitian menggunakan skripsi, tesis atau disertasi sebelumnya sebagai acuan penelitian. 

Tesis yang sering dijadikan acuan penelitian adalah tesis Giyantini (2000), Hayati (1992) dan Purwanto (1997). Penggunaan literatur dapat dijadikan salah satu tolok ukur kualitas suatu penelitian. 

Salah satu kriteria penelitian yang baik adalah pemanfaatan jurnal terbaru dan dalam jumlah yang cukup banyak sebagai dasar melakukan penelitian. 

Dari tabel diatas terlihat bahwa sebagian besar penelitian banyak menggunakan penelitian sebelumnya dan menggunakan sumber dari buku-buku Depkes. Hal ini menunjukkan bahwa bila dilihat dari pemanfaatan literatur kepustakaan, penulisan skripsi dan tesis masih kurang baik kualitasnya.

Penelitian yang dilakukan peneliti merupakan duplikasi dari penelitian sebelumnya tanpa menghasilkan temuan baru yang berarti dalam bidang kesehatan khususnya topik diare yang cukup banyak diteliti. Banyak faktor yang menimbulkan penyakit diare antara lain faktor lingkungan, faktor balita, faktor ibu, dan faktor sosiodemografis. 

Dari beberapa faktor tersebut, faktor lingkungan cukup banyak diteliti dan dibahas dari segala aspek seperti dari sarana air bersih (SAB), jamban, saluran pembuangan air limbah (SPAL), keadaan rumah, tempat pembuangan sampah, kualitas bakteriologis air bersih dan kepadatan hunian. 

Tabel 2 menunjukkan bahwa dari sekian banyak faktor risiko penyebab penyakit diare, faktor risiko yang sering diteliti adalah faktor lingkungan yaitu sarana air bersih dan jamban. Jadi bisa diambil kesimpulan bahwa faktor risiko yang paling rentan menyebabkan penyakit diare adalah faktor lingkungan. 

Sedangkan faktor risiko penyebab diare menurut faktor ibu ada beberapa aspek yang diteliti terlihat pada Tabel 4. Dari beberapa penelitian yang dilakukan mahasiswa menunjukkan hasil yang bermakna pada aspek pengetahuan, perilaku dan hygiene ibu.

Pada aspek perilaku ibu menunjukkan bahwa perilaku hidup bersih yang dilakukan ibu mempunyai hubungan yang bermakna dalam mencegah terjadinya penyakit diare pada bayi dan balita. Salah satu perilaku hidup bersih yang umum dilakukan ibu adalah mencuci tangan sebelum memberikan makan pada anaknya.

Pada aspek pengetahuan ibu, rendahnya pengetahuan ibu mengenai hidup sehat merupakan faktor risiko yang menyebabkan penyakit diare pada bayi dan balita. Pada aspek pendidikan ibu dari sebelas penelitian, lima penelitian menunjukkan hasil yang signifikan sedangkan enam penelitian lainnya menunjukkan hasil yang tidak signifikan.

 Aspek status kerja ibu ternyata tidak menunjukkan hasil yang signifikan dalam menyebabkan penyakit diare pada bayi dan balita. 

Dari empat penelitian yang menghubungkan aspek status kerja ibu dengan kejadian diare menunjukkan hanya satu penelitian yang menunjukkan hasil yang signifikan dalam menyebabkan penyakit diare pada bayi. 

Sedangkan tiga penelitian lainnya menunjukkan bahwa status ibu bekerja bukan merupakan faktor risiko yang signifikan dalam menyebabkan penyakit diare pada bayi dan balita. Tabel 5 menunjukkan beberapa aspek yang diteliti mengenai faktor risiko penyebab diare menurut faktor anak. 

Dari beberapa aspek yang diteliti status gizi memiliki faktor risiko yang signifikan dalam menyebabkan penyakit diare pada bayi dan balita, rendahnya status gizi pada bayi dan balita merupakan faktor risiko yang rentan untuk menyebabkan penyakit diare. 

Untuk aspek pemberian ASI eksklusif, dari sepuluh penelitian didapat lima penelitian yang menunjukkan hasil yang signifikan dalam menyebabkan penyakit diare sedangkan lima penelitian lainnya menunjukkan hasil yang tidak signifikan dalam menyebabkan diare pada bayi dan balita. 

Pada aspek imunisasi, dari tujuh penelitian yang melihat hubungan imunisasi dengan risiko terkena penyakit diare menunjukkan bahwa hanya satu penelitian yang menunjukkan hasil yang signifikan dalam menyebabkan penyakit diare sedangkan enam penelitian lain menunjukkan hasil yang tidak signifikan dalam menyebabkan penyakit diare pada bayi dan balita.

Bona Pasogit
Bona Pasogit Content Creator, Video Creator and Writer

Posting Komentar untuk "Faktor risiko diare pada Bayi dan Balita di Indonesia"

close