Motivasi untuk melakukan Wisata
Motivasi merupakan faktor penting bagi calon wisatawan di dalam mengambil
keputusan mengenai daerah tujuan wisata yang akan dikunjungi.
Calon wisatawan akan
mempersepsi daerah tujuan wisata yang memungkinkan, di mana persepsi ini dihasilkan
oleh preferensi individual, pengalaman sebelumnya, dan informasi yang didapatkannya.
Motivasi perjalanan wisata mengalami evolusi, sejalan dengan perkembangan pariwisata
itu sendiri.
Pada hakekatnya aspek motivasi adalah aspek yang terdapat pada diri wisatawan.
Untuk menimbulkan motivasi sangat tergantung pada diri pribadi wisatawan yang
berkaitan dengan umur, pengalaman, pendidikan, emosi, kondisi fisik dan psikis (Fandeli,
1995).
Pada umumnya tujuan utama wisatawan untuk berwisata adalah mendapat
kesenangan. Namun wisatawan modern pada akhir-akhir ini selama perjalanan berwisata
ingin meraih beberapa manfaat. Ada dua faktor penting yang memotivasi seseorang untuk
melakukan kegiatan berwisata, yaitu :
a. Faktor Pendorong (push factors)
Faktor yang mendorong seseorang untuk berwisata adalah ingin terlepas (meskipun
hanya sejenak) dari kehidupan yang rutin setiap hari, lingkungan yang tercemar,
kecepatan lalu lintas dan hiruk pikuk kesibukan di kota.
b. Faktor Penarik (pull factors)
Faktor ini berkaitan dengan adanya atraksi wisata di daerah atau di tempat tujuan
wisata. Atraksi wisata ini dapat berupa kemashuran akan objek, tempat-tempat
yang banyak diperbincangkan orang, serta sedang menjadi berita.
Dorongan
berkunjung ke tempat teman atau keluarga atau ingin menyaksikan kesenian serta
pertandingan olah raga yang sedang berlangsung juga menjadi daya tarik di daerah
tujuan wisata.
Faktor pendorong dan penarik ini sesungguhnya merupakan faktor internal dan
eksternal yang memotivasi wisatawan untuk mengambil keputusan untuk melakukan
perjalanan wisata.
Faktor pendorong umumnya bersifat sosio-psikologis sedangkan faktor
penarik merupakan destination-specific attributes.
Adanya faktor pendorong
mengakibatkan seseorang ingin melakukan perjalanan wisata dan adanya berbagai faktor penarik yang dimiliki oleh daerah tujuan wisata akan menyebabkan orang tersebut memilih
daerah tujuan wisata tertentu.
Menurut Ryan (1991) dalam Pitana (1995), menjelaskan
faktor pendorong bagi seseorang untuk melakukan perjalanan wisata antara lain sebagai
berikut :
- Escape. Ingin melepaskan diri dari lingkungan yang dirasakan menjemukan atau kejenuhan dari pekerjaan sehari-hari.
- Relaxation. Keinginan untuk penyegaran yang juga berhubungan dengan motivasi untuk escape.
- Play. Ingin menikmati kegembiraan, melalui berbagai permainan yang merupakan pemunculan kembali dari sifat kekanak-kanakan dan melepaskan diri sejenak dari berbagai urusan serius.
- Strenghthening family bonds. Ingin mempererat hubungan kekerabatan. Keakraban hubungan kekrabatan ini juga terjadi diantara anggota keluarga yang melakukan perjalanan bersama-sama, karena kebersamaan sangat sulit diperoleh dalam suasana kerja sehari-hari di negara industri.
- Prestige. Untuk menunjukkan gengsi, dengan mengunjungi destinasi yang menunjukkan kelas dan gaya hidup, yang juga merupakan dorongan untuk meningkatkan status atau derajat sosial.
- Social interaction. Untuk dapat melakukan interaksi sosial dengan teman sejawat atau dengan masyarakat lokal yang dikunjungi
- Romace. Keinginan untuk bertemu dengan orang-orang yang bisa memberikan suasana romantis atau untuk memenuhi kebutuhan seksual khususnya dalam pariwisata seks.
- Educational opportunity. Keinginan untuk melihat sesuatu yang baru, mempelajari orang lain dan atau daerah lain atau mengetahui kebudayaan etnis lain. Ini merupakan pendorong yang dominan dalam pariwisata
- Self fulfillment. Keinginan untuk menemukan diri sendiri, karena diri sendiri biasanya bisa ditemukan pada saat kita menemukan daerah atau orang yang baru
- Wish-fulfillment. Keinginan untuk merealisasikan mimpi-mimpi yang lama di citacitakan sampai mengorbankan diri dengan cara berhemat, agar bisa melakukan perjalanan.
Sedangkan menurut Jackson (1989), faktor penarik seseorang untuk melakukan
perjalanan wisata, antara lain :
- Location climate
- National promotion
- Retail advertising
- Wholesale marketing
- Special events
- Incentive schemes
- Visiting friends
- Visiting relatives
- Tourist attractions
- Culture
- Naturan environment and man made environment
Sebagai salah satu contoh di Bali bahwa faktor penarik wisatawan melakukan
kunjungan ke daerah tujuan wisata yaitu karena keunikan budaya dan adat istiadat
masyarakat lokal, sehingga adanya rasa ingin tahu wisatawan di dalam menikmati akan
keunikan budaya tersebut.
Berikut salah satu gambar yang mengilustrasikan ketertarikan
wisatawan mengunjungi daerah tujuan wisata di Bali.
Pada dasarnya seseorang melakukan perjalanan dimotivasi oleh beberapa hal,
motivasi-motivasi tersebut dapat dikelompokkan menjadi empat kelompok besar sebagai
berikut :
- Physical or physiological motivation yaitu motivasi yang bersifat fisik atau fisiologis, antara lain untuk relaksasi, kesehatan, kenyamanan, berpartisipasi dalam kegiatan olahraga, bersantai dan sebagainya
- Cultural motivation yaitu keinginan untuk mengetahui budaya, adat, tradisi dan kesenian daerah lain. Termasuk juga ketertarikan akan berbagai objek tinggalan budaya.
- Social or interpersonal motivation yaitu motivasi yang bersifat sosial, seperti mengunjungi teman dan keluarga, menemui mitra kerja, melakukan hal-hal yang dianggap mendatangkan gengsi (prestige), melakukan ziarah, pelarian dari situasi yang membosankan dan seterusnya.
- Fantasy motivation yaitu adanya motivasi bahwa di daerah lain seseorang akan bisa lepas dari rutinitas keseharian yang menjemukkan dan yang memberikan kepuasan psikologis (McIntosh, 1977, Murphy, 1985, dan Pitana, 2005).
Posting Komentar untuk "Motivasi untuk melakukan Wisata"